Rabu, 03 Desember 2014

di suatu keramaian

Merasa menjauh
Seruan angin menelisik telinga
Aku layu.
Meleleh. Terbius. Entahlah...
Didepanku matanya sumringah...
Wajahnya semburat senyum khas
Suaranya menyibak angin hingga resonansinya menggetarkan ku
Sapanya begitu saja terdengar merdu
Seolah pita suara hendak mendukung...

Selalu saja seperti itu..
Aku selalu hapal cara sapaannya
Mimik mukanya
Gerak tangannya
Alunan mulutnya
Tapi itulah caranya yang membuatku rindu...

Canggung...bergetar...salah pandang...
Salah ucap...
Salah gerak...
Tapi pelukan mencairkan semua :)



ennysurya @suatu sore bertemu dgn sahabat lama yg sebenarnya baru.

Tafrid fii 'amaly wa yaumi

    Segi bahasa mengurangi kecerobohan, keteledoran, menyia-nyiakan tugas ibadah sebagai muslim.
    Sebab-sebab:
    • Tercemar dalam dosa
    • Berlebihan dalam hal mubah
    • Tidak mengetahui nilai-nilai kenikmatan
      • Melupakan nikmat yang diberikan Allah
      • Lupa bersyukur
      • QS. Ibrahim : 152
      • QS. Ibrahim : 34
    • Ghoflah (lalai) memahami urgensi amalan-amalan siang dan malam
    • Lemahnya wawasan terhadap urgensi pahala
    • Lupa terhadap mati dan sesudahnya
    • Merasa dirinya sudah sempurna dalam amalan ibadah
    • Terlalu banyak beban dan kewajiban
    • Menunda-nunda target ibadah
    • Melihat orang yang tafrid (orang yang teledor)

    Dampak negatif tafrid
    • Ketidaktentraman hati
    • Berhenti melakukan kewajiban atau mengurangi sunnah rasul
    • Berani berbuat dosa
    • Lemahnya fisik dan muncul penyakit baru (ruhiyah turun dan menyebabkan fisik turun)
    • Diharamkan dari pertolongan Allah
    • Kehilangan wibawa dihadapan Allah dan manusia

    Beberapa terapi menghilangkan tafrid
    • Kembali kepada alquran dan assunnah
      • Membaca alquran diagendakan, bukan hanya mengisi waktu luang
      • Menelaah hadits
    • Membebaskan diri dari maksiat
    • Mengurangi hal-hal yang mubah agar tidak mnegurangi waktu ibadah
    • Menghargai nikmat Allah sekecil apapun
    • Memahami peran hati dalam hidup
    • Berusaha mneyeimbangkan aktivitas
    • Berusaha memerangi diri -> memaksa diri untuk menghindari maksiyat dengan meningkatkan ketaqwaan
    • Memperhitungkan dampak negatif tafrid terhadap diri kita.
    • Selalu hidup berjamaah dan berkumpul dengan orang shaleh
    • Memohon pertolongan Allah






Keep On Mission :)

Lingkaran ini adalah kita

Hujan rintik mengantar kita pada pertemuan kali ini
Tetap erat  mendekat
Tangan-tangan berpegangan erat
Semakin erat melekat
Rabithah sebagai pengikat perpisahan
Ya.
Lingkaran ini tak kan berhenti meskipun hujan berbondong menghalangi
Ya. Lingkaran ini tetap melingkar meskipun petir melecut menyambar
Ya. Lingkaran ini walau kadang tak sempurna bulat tapi bukan menjadi halangan untuk tetap bernasihat

lingkaran ini adalah lentera
Penyulut semangat untuk sepekan
Lingkaran ini adalah suplemen
Pemberi nutrisi jiwa
Lingkaran ini adalah lilin
Pemberi cahaya atas gelapnya hati
Lingkaran ini adalah kita
Semangat bernasihat untuk mencahayakan hati.




ennysurya at 27/11/2014 20:42


Minggu, 02 November 2014

Humor Sufi

Api 

Hari  Jum`at  itu,  Nasrudin  menjadi  imam  Shalat  Jum`at.  Namun  belum  lama  ia berkhutbah, dilihatnya para jamaah terkantuk-kantuk,  dan bahkan sebagian tertidur dengan lelap. Maka berteriaklah Sang Mullah,

 "Api ! Api ! Api !"

Segera saja, seisi masjid terbangun, membelalak dengan pandangan kaget, menoleh kiri-kanan. Sebagian ada yang langsung bertanya,

"Dimana apinya, Mullah ?"

Nasrudin meneruskan khutbahnya, seolah tak acuh pada yang bertanya, "Api yang dahsyat di neraka, bagi mereka yang lalai dalam beribadah.




Rabu, 29 Oktober 2014

Engkau Maha Tahu Segalanya

Aku mengerti Engkau yang memilikiku sepenuhnya.  Tak kuragukan itu. Aku percaya itu. Engkau yang mengerti aku sepenuhnya. Tak ada yang terlewatkan. Bahkan keinginan dalam hati yang baru saja aku pikirkan telah Engkau jawab.  Baru terlintas begitu saja saat perjalanan pulang ke asramaMu, Engkau telah membukakan jalan.  Secepat itu Engkau merespon hambaMu ini.
Malam ini hati ini menjadi saksi betapa Engkau memiliki seluruh dunia ini. Hati yang terselubung pun tak luput dari perhatianMu.
Malam ini kaki-kaki bersilang untuk menyuro'kan evaluasi bulanan. Semua sudah berjalan ketika aku tiba dipintu. Seperti biasa yang putra berada di ujung kiri dan putri di ujung kanan. Aku melipir masuk rumah lewat jalan sebelah. Alasanku sebenarnya tidak ingin mengganggu mereka dengan kedatanganku plus ada perasaan tidak ingin bertemu mereka sebenarnya. Ada rasa kurang berkenan berada di lingkaran mereka. Seperti ini bukan jalanku atau merasa bahwa ada aku atau tidak sepetinya tidak apa-apa. Kalau kata aa gym, aku masuk kategori manusia sunnah sepertinya, ada atau tidaknya tidak diperhitungkan. Nyesek? Iiyaa...begitulah.
Aku masih berada dikamar beres-beres barang dan segera meluncur di pertemuan itu.
Tiap orang dievaluasi keberjalanan amanahnya. Aku? Ya pasti juga masuk hitungan. Aku duduk dekat dengan ketua putri. Menjadi yang terakhir terevaluasi. Dan ketika tiba waktuku dievaluasi, ada beberapa orang yang pergi ijin mendahului ada kepentingan dirumah. Aku berpikir sepertinya Engkau  akan memberitahuku sesuatu berita besar ya Allah. Engkau tidak ingin aib ku terbuka didepan banyak orang. Oke, dan aku? Siap mendengarkan evaluasi. Aku mendengarkan dengan saksama. Diam mencermati tiap kata dan sikap orang-orang saat aku dipertanyakan. Intinya aku harus memilih mana? Kampus atau asrama? Komposisi antara kampus dan asrama yang tidak seimbang. Akad yang dulu disepakati  hanya satu hari off ternyata aku berhari-hari off.  Akad yang dulu disepakati ternyata tak terjalankan lagi. Beliau menjelasakn dengan hati-hati tanpa menyakitiku. Aku tau makna tersiratnya. Aku tau kandungan ucapan itu. Aku tau. Ya. Aku tau. Tapi entah aku tak berani menyebutkan  kata-kata yang ada dipikiranku. Aku tidak seberani yang lain yang menyatakan dengan jahr apa yang dirasakan. Ada satu kata kunci yang sebenarnya ingin beliau dan aku tak berani menyebutnya, yakni keluar. Kita sama-sama orang jawa tulen yang menjunjung tinggi bahasa pragmatik. Semua yang beliau sampaikan adalah tinggal atau keluar. Itu pilihan. Aku benar-benar tak berani menyampaikan. Aku bingung hingga akhirnya wajahku yang linglung itu terbaca oleh penyimak disekeliling kami. Waktu 2 hari menjadi jatahku berpikir untuk berada disini.
Aku masih duduk bersila. Tangan ketua putri menyentuhku dengan lembut. Pertanda simpati padaku. Aku tangkap diwajahnya begiu berat menyampaikan hingga lidah kelu dan hanya tangan yang bisa menyampaikannya. Aku merasa bersalah pada situasi seperti ini. Semua diam. Hening. Hanya aku yang terdengar gamang berbicara sepatah-patah.

Dalam hati, aku takjub padaMu. Engkau begitu cepat membuka jalan untuk aku berfokus diri. Apa ini pertanda dariMu? Istikharah sepertinya menjadi jalanku untuk mencari ridhoMu.

Berilah yang terbaik ya Allah.  

Senin, 13 Oktober 2014

sahabat hari ini

Sahabat...
Sungguh hanya engkau yang benar-benar tau diriku
Sungguh hanya engkau yang tau isi hatiku walau aku tak bicara
Sungguh hanya engkau yang tau warnaku walau aku tak menampakkannya
Sungguh hanya engkau yang tau kegelisahanku walau aku hanya terdiam
Sungguh hanya engkau yang tau diamku walau aku tersenyum
sungguh hanya engkau yang tau laguku walau aku hanya bergumam
sungguh hanya engkau yang tau sakitku walau aku tertawa
sungguh hanya engkau yang tau rendahku walau aku selalu berdiri
sungguh hanya engkau yang tau topengku walau aku bersembunyi
sungguh hanya engkau yang tau goyahku walau aku tetap tegak
sungguh hanya engkau yang tau hitamku walau aku bernampak putih

tapi... engkau hanya diam
engkau lebih suka diam
tengkau pergi
engkau pergi tak terlihat lagi
engkau menghindar
engkau menghindariku
engkau sebatas engkau disampingku
engkau dan aku telah berbatas
engkau dan aku telah sendiri
tak bersama walau terlihat bersama

engkau tau sikapku tapi ku kira engkau mengerti dan memahami
tapi... aku salah.

oh bukan. semoga aku salah tentang ini. semoga kita kemali bersama dan tetap bersama

Minggu, 12 Oktober 2014

Teruntuk : Ayahku

Setiap tetes keringatmu
Setiap hembusan lelah nafasmu
dipenuhi kasih sayang tak henti
Demi aku, kau rela berpayah diterik matahari
Hujan pun tak dapat membatasi mu 
untuk aku anakmu...
Di setiap doamu kau haturkan segenap harapan

Ayah...
Kan ku jaga mimpimu
Yang telah kau tularkan padaku
Kan ku lakukan semampuku untuk membalasmu
Atas pengorbanan yang kau berikan padaku
Aku tahu....
engkau tetap bekerja walau matahari mencoba melemahkanmu
aku tahu...
engkau tetap bekerja dan mengorbankan kesenangan yang harusnya menjadi hakmu di umur emas mu...
engkau bekerja dan bahkan mengorbankan mimpimu yang menjadi hidupmu dulu
engkau teguh bekerja dan mengorbankan waktu bersantaimu yang harusnya engkau dapatkan dimasa senjamu
tapi...
engkau berkata dan tersenyum, “bekerja untukmu adalah kesenanganku, apalagi yang bisa menyenangkanku selain melihatmu?”
engkau masih tersenyum, “bekerja untukmu adalah mimpiku, engkau adalah mimpiku...”
engkau tetap tersenyum, “bekerja untukmu adalah waktu santaiku, engkau menjadi penenang dalam masa senjaku...”

Ayah.....
Kasih sayangmu tak tersurat namun begitu menggeliat di hatimu
Biarpun orang bilang engkau selalu bekerja,
tapi itulah cara engkau mengekspresikan kasihmu...
Orang bilang engkau terlalu keras, sungguh mereka tak mengenalmu...
Orang bilang engkau tak perhatian, sungguh mereka tak mengenalmu
Biarlah semua itu ayah... aku lebih mengenalmu...
Ayah....
Nasihatmu, 
Ketika aku menangis, maka aku akan menangis sendirian
Ketika aku tersenyum, maka seisi dunia akan ikut tersenyum
Ketika aku kecewa, maka hati ini yang sakit sendiri
Ketikaaku legowo, maka hatiku tak kan pernah sakit
Ayah...

Ayah...
kan ku jaga nasihatmu
setiap nafasku
setiap langkah kakiku 
dalam relung hati...
Akan ku kobarkan semua impianmu
Hanya untuk menikmati senyummu 
Di ufuk senjamu 

Ayah...

Senin, 29 September 2014

Cinta di dalam gelas

Akhirnya ku temukan makna gambar di cover novel itu
Dua orang dibagian atas adalah A Ling dan Ikal. A Ling yang asli orang Tionghoa sebenarnya mudah dikenali dengan pakaian yang dikenakannya. Khas orang Tionghoa, merah meradang. Ikal dengan rupa mirip penulisnya sendiri memakai celemek karena cerita didalam novel sendiri yang mengisahkan penulis yang berjibaku dengan warung kopi, tepatnya "psikologi kopi".
Dua orang dibawah adalah maryamah atau lebih dikenal dengan panggilan Enong yang memakai cadar dan yang berambut pirang adalah Ninochka Stronovsky seorang grand master catur dunia - yang nantinya bakal menjadi guru jarak jauhnya Maryamah dalam ekspedisi pencaturan.
Cerita unik dibalik maryamah yang bercadar adalah karena dia yang menantang syariat dengan berkeinginan ikut pertandingan catur di acara tahunan 17 agustus nanti. Padahal saat itu catur adalah permainan orang-orang melayu laki-laki, hanya laki-laki, perempuan dilarang ikut campur. Maryamah menentang syariat. Bagaimana bisa seorang perempuan main catur? Ini adalah permainan laki-laki. Semua tokoh masyarakat menentangnya. Aku tertegun dengan alasan Modin menentang Maryamah "Alasanku menolak Maryamah adalah karena pertimbangan syariat. Tak perlu aku berpanjang-panjang dalih. Tak perlu kusitir ayat-ayat. Didalam islam, perempuan tak boleh berlama-lama bertatapan dengan laiki-laki yang bukan muhrimnya. Dalam pertandingan catur, hal itu akan terjadi, dan hal itu nyata melanggar hukum agama."
Maka kemudian disepakati Maryamah harus memakai cadar - burkak,bahasa melayu- dan ada kain merah sebagai hijab ditengah-tengah Maryamah dengan lawan tanding caturnya.  Sungguh keputusan yang apik dan bijaksana.


Novel Cinta di Dalam Gelas karya ANDREA HIRATA

Jumat, 29 Agustus 2014

Sinar itu...

Entah, berapa lama aku duduk termangu di dalam kamar ini...
Jam dinding tak berdetak lagi, sudah kehilangan energi
Buku-buku itu masih terbuka, meminta untuk dibaca lagi
Murotal alqur'an masih berusaha menemani, mencoba mengisi
kekosongan diri...
Sorotnya matahari yg melewati rekahan genteng itu
cukup menyilaukan mata ini
Baju digantungan jemuran pun menikmati sinar
yang menjadikannya kering itu
Air yang basah menyejukkan baju  perlahan hilang
terangkat olehnya
Sinar itu yang memberi jawaban, bahwa aku telah berjam-jam termenung
Dia muncul setelah hati ini mulai terusik

oleh  waktu.

sore ini lagi..

Lampu itu menyala serentak dari lantai bawah hingga lantai atas. Kalo kata orang jawa 'gemebyar'. Kata itu untuk menggambarkan gemerlapnya lampu disertai dengan sinar yang benderang. Tapi entah aku masih merasa senyap. Padahal raungan dan candaan percakapan dilantai atas gedung ini terdengar sampai bawah. Apa mereka yang diatas itu tak sadar atas gelagatnya yang tak sengaja didengarkan oleh kami yang sedang berada dibawah. Kadang orang2 yang dibawah ku perhatikan senyum2 sendiri karena mendengar celothan mereka.. Bener2 deh... 
Hmm... Aku masih merasa senyap... Angin yang meributkan pepohonan pun tak sanggup meramaikan diri ini. Suara daun-daun bergesekan yang melambai-lambai ingin diperhatikkan pun tak menarik perhatianku. Aku hanya sesekali mengawasi daun-daun itu, berjaga-jaga ketika mereka mulai menggugurkan diri untuk lebih menarik perhatianku. Karena mereka tau bahwa aku sangat tertarik saat mereka menggugurkan diri dari dahan. Eksotik. Mereka dengan berani jatuh ditanah yang tak pernah mereka sentuh sebelumnya. Mereka berani pada konsekuensi yang akan mereka dapatkan. Diinjak-injak, pecah, remuk. Diterbangkan oleh angin yang memaksa mereka untuk pasrah mengikuti angin kemana mereka terbang membawanya.... Angin yang lembut buatku tapi bagi mereka itu adalah topan.


Begitulah sore ini.... Senyap, dingin....  

Jumat, 15 Agustus 2014

Sore ini...

Lampu itu menyala serentak dari lantai bawah hingga lantai atas. Kalo kata orang jawa 'gemebyar'. Kata itu untuk menggambarkan gemerlapnya lampu disertai dengan sinar yang benderang. Tapi entah aku masih merasa senyap. Padahal raungan dan candaan percakapan dilantai atas gedung ini terdengar sampai bawah. Apa mereka yang diatas itu tak sadar atas gelagatnya yang tak sengaja didengarkan oleh kami yang sedang berada dibawah. Kadang orang2 yang dibawah ku perhatikan senyum2 sendiri karena mendengar celothan mereka.. Bener2 deh... 
Hmm... Aku masih merasa senyap... Angin yang meributkan pepohonan pun tak sanggup meramaikan diri ini. Suara daun-daun bergesekan yang melambai-lambai ingin diperhatikkan pun tak menarik perhatianku. Aku hanya sesekali mengawasi daun-daun itu, berjaga-jaga ketika mereka mulai menggugurkan diri untuk lebih menarik perhatianku. Karena mereka tau bahwa aku sangat tertarik saat mereka menggugurkan diri dari dahan. Eksotik. Mereka dengan berani jatuh ditanah yang tak pernah mereka sentuh sebelumnya. Mereka berani pada konsekuensi yang akan mereka dapatkan. Diinjak-injak, pecah, remuk. Diterbangkan oleh angin yang memaksa mereka untuk pasrah mengikuti angin kemana mereka terbang membawanya.... Angin yang lembut buatku tapi bagi mereka itu adalah topan.


Begitulah sore ini.... Senyap, dingin....  


Rabu, 02 Juli 2014

Ramadhan 1435 #4

Terlena. Judul hari ini adalah terlena. Terlena dengan suasana hari dan terlena dengan iming-iming pahala berlipat. Hati sudah berniat namun memang hanya Allah yang bisa mengijinkan terjadinya. Hati sudah berniat untuk tidak tertidur ba'da subuh tapi entah mata ini begitu kantuknya hingga tidurpun tak sadar. Tubuh hanya rebahan tapi detik kemudian sudah berselimut hangat. Mata hanya ingin jeda sejenak tanpa berniat mengistirahatkan banyak, namun apa daya lem mata lebih ampuh meng-off-kan daripada ototnya yang mencoba untuk menjaganya tetap on. Telinga ini mencoba untuk mendengar lebih dalam namun apa daya keheningan pagi membuatnya nyaman dan ikut off pula. Akhirnya semua badan off. Hingga sepertiga hari tubuh ini masih tak mau sadar, pun dengan ruh nya. Kemana perginya ruh pagi ini? Sampai-sampai hiruk pikuk sekitar tak membuat ruh untuk kembali ke jasadnya.
Terlena dengan iming-iming pahala berlibat membuat jiwa ini selalu bersemangat mengumpulkannya, menimbunnya, dan menjaganya untuk selalu bertambah. Kenyataan itu yang dialaimi jiwa ini. Dia telah menemukan kesenangan yang sangat membahagiakan hingga tak sadar jika dia sendirian. Jiwa ini menyerap semua energi yang dia dapatkan dari pengalamannya hari ini. Dari kajian ke kajian. Dari ibadah ke ibadah lainnya. Dia begitu antusias menikmati setiap langkahnya walau ia sendirian. Dan inilah cobaannya, jasad ini telah bersiklus. Ternyata inilah waktu datangnya tmu yang tak diinginkan itu. Tapi barpun tamu datang mengganggu jiwa ini harus tetap semangat dan mencari pahala yang bisa ia kumpukan dan timnununtuk tabungan hari nanti.



Selasa, 01 Juli 2014

Ramadhan is.... ^^


ramadhan :) :) :) 
like so much :D :D :D

ramadhan 1435 #3

Sudah ketiga. Insyaa Allah semakin meningkat..... :)
Ramadhan ketiga ini diawali dengan pagi yang cerah bersinar. Matahati begitu kuat namun sinarnya sejuk menelusup sampai ketulang. Sangat kuat sekali ku rasakan. Tapi sayang sorotan sinarnya tak sampai kedepan home sweet home kami. Sinarnya masih terhalang dnegan bangunan yang menjulang disekitarnya. Itu kurasakan diwaktu jam menunjukkan pukul 7.30 wib. Bisa dibilang itu jam kesiangan. Terlelap kembali setelah subuh menjadi kebiasaan di bulan rahmat ini. Sayang sebenarnya tapi memang mata tak bisa terus mengikuti keinginan hati karena tubuh itu lebih kaut pengaruhnya ke mata. Yah. Alasan capek itu menjadi utama.
Tapi semakin siang ku rasakan semakin adem. Awan mulai jenuh dan siap mengeluarkan kandungaanya yang penuh nikmat ke bumi. Ya, hujan. Tapi sepertinya aku salah karena sampai malam itu hadir, hujan itu belum jua turun. Kalau dipikir-pikir, syiyam disaat suasana mendung itu ada positif dan negatifnya. Positifnya kita tidak terlalu tersengat dengan matahari yang bisa membuat kita kehabisan cairan karena ternyata kita juga berevaporasi. Keadaan kita lebih segar terjaga dan tidak terlalu lemas. Negatifnya adalah suasana itu membuat kita mengantuk bukan main. Meskipun sudah tidur diawal pagi namun tidak membuat mata ini terus terjaga sampai dhuhur. Jam-jam rawan mengintai alias jm 10 itu menjadi jam rawan untu mengantuk. Ya kalau dhuhur bangun, karena biasanya dengan suasana syahdu seperti itu menjadikan diri ini susah untuk memiliki insting bangun, karena terlalu menikmati kesejukan udara dan angin yang sepoi.....
 TETAP SEMANGAT :)




Ramadhan 1435 #2

Mis. Ramadhan kedua masih merasa berada diujung hati ingin pulang. 



Minggu, 29 Juni 2014

Ramadhan 1435 #1

Hm...tak terasa waktu sudah menunjukkan kekuatannya. Ya. Ramadhan sudah datang. Ramadhan kali ini seperti ramadhan sebelumnya yang  dikuatkan untuk bertahan dikampus ketika yang lain ramadhan di kampung masing-masing. Ini ramadhan ke4 ku. Sudah lama juga ya...sampai ibu-ibu depan kos bertanya dengan pertanyaan yang sama "mb belum lulus?" hmm... Nyesek ? Iya. Tapi senyum itu akan memberikan kekuatan agar tetap semangat skripsi.
Ramadhan di kos / hm...dikampus sepertinya sudah menjadi kebiasaan dan cerita rutinitasku. Ketika yang lain sudah mulai siap-siap pulang aku bahkan belum punya rencana pulang. Ketika yang lain sudah packing dan angkat koper bahkan aku belum merencanakan packing. Sampai semua penghuni kos ku sudah bosan menanyakan kepulanganku.  Sampai teman-temanku sudah ber-insting aku bakal dikampus (dan menjadi   pencari info nilai mata kuliah tentunya...)
Jika ditanya kenapa gak pulang? Apa gak kangen dengan rumah? Bukannya gak ingin pulang, bukannya gak kangen rumah. Rasa kangen itu menggerogoti hati ini. hmm...lebay ya... Pernah merasakan kangen sampai-sampai gak doyan makan dan gak semangat beraktivitas. Rasa pengen pulang itu sudah menjadi kerak hati.  Sampai rasa pulang itu gak pernah hilang. tiap detik tiap menit pengeenn banget pulang, ingiiiiiiiiiiiiiiiinnnnn sekali pulang dan melalui ramadhan dengan keluarga. Menjalanni ramadhan dikampung tercinta. Dengan ngajinya, tarawihnya, sahurnya... Semua mengenang. Tapi aku berpikir bahwa sudah bertahun-tahun ramadhan di kampung, rasanya ngn menikmati rasa ramadhan dilain tempat. Yah. Akhirnya aku memilih ramadhan dikampus. disini aku menemukan ramadhan lebih bermanfaat. lebih progres dari pada aku dirumah. lebih semangat mengali pahala. lebih menikmati indahnya ibadah ramadhan. 


smangat ramadhan :) 

Kamis, 19 Juni 2014

Kenalilah Allah Pada Masa Lapang



“Peliharalah Allah SWT nescaya engkau dapati-Nya berada di hadapan engkau, menyertai dan menolong engkau. Dan kenalilah Allah pada masa lapang, nescaya Ia akan kenal engkau pada masa susah di kala engkau sedang menghadapi perkara sukar” ( H.R At-Tirmizi)
Kenal Allah SWT bukan sekadar mengetahui nama dan sifat-Nya, tetapi wajib ingat serta sanggup berkhidmat kepada-Nya mematuhi segala perintah-Nya dalam segala keadaan. Bukanlah ingatan itu pada masa susah, semasa ditimpa kesusahan dan kesengsaraan saja, sebagaimana yang berlaku dikalangan orang ramai dimana terdapat orang yang tergesa-gesa mengerjakan ibadat atau doa, berjanji dan bernazar menjadi orang yang taat seandainya dia dilepaskan dari kesusahan itu. Ini bukan dinamakan orang yang kenal Allah SWT. Orang yang kenal Allah itu ialah yang ingat dan melakukan segala perintah Allah SWT pada masa senang mahupun susah. Dengan begitu Allah SWT akan menolongnya pada masa susah dan sempit.
Sebenarnya mengingati Allah pada masa senang kadangkala amatlah sukar. Kerana seseorang dalam suasana kehidupan seperti itu akan dipengaruhi oleh berbagai faktor kebendaan hingga membuatnya lupa kepada Allah SWT. Dengan itu jadilah ia orang yang cuai dan lalai. Oleh itu Rasulullah S.A.W memerintahkan agar mengingati Allah SWT dalam segala keadaan tanpa dipengaruhi oleh factor kesusahan ataupun kesenangan.

Nabi Yunus a.s adalah orang yang tetap ingat kepada Allah pada masa lapang. Sehingga doanya diperkenankan waktu dalam kesusahan, sesuai dengan hadith Rasulullah SAW
“Bahawasanya barangsiapa suka diperkenankan doanya oleh Allah pada waktu susah, maka hendaklah ia membanyakkan doa pada waktu lapang”
Menurut satu riwayat, apabila Nabi Yunus a.s berada dalam perut ikan, maka berkatalah malaikat : Hai Tuhanku! Inilah saudara orang yang sudah lama terkenal dari negeri yang jauh. Maka berfirman Allah kepadanya : Tidakkah kamu kenal dia? Berkata Malaikat lagi : Siapakah orangnya? Firman Allah : Itulah hambaKu Yunus.
Setelah itu malaikat bertanya lagi ” HambaMU Yunus yang amalannya selalu diangkat dan diterima dan doanya selalu diperkenankan? Jawab Allah : Ya. Maka berkatalah malaikat : Kalau begitu hai Tuhanku, tidakkah Engkau kasihi orang yang telah bersikap demikian itu dan engkau lepaskan dia dari kesusahannya? Jawab Allah: Ya. Lalu dilepaskanlah Nabi Yunus dan diselamatkan ia berkat dari baktinya kepada Allah”
Inilah yang difirmankan Allah dalam Al-Quran
“ Maka sekiranya tidak ia dari mereka yang banyakbertasbih, nescaya tinggallah dalam perut ikan itu hingga hari manusia dibangkitkan. Lalu Kami campakkan dia ditanah kosong dalam keadaan sakit.” (Ash-Shaffat : 143-145)
Apa yang telah didapati oleh Nabi Yunus a.s tidaklah didapati sama sekalipun oleh Firaun diwaktu dia sedang mengalami kekaraman di laut Qalzum, sebagaimana yang diceritakan Allah dalam Al-Quran mengenai pengakuan keimanannya terhadap Allah di waktu dia akan ditenggelamkan. Kepadanya Allah berkata:
Apakah sekarang engkau hendak beriman padahal sesunguuhnya engkau dahulu dari golongan derhaka dan adalah engkau dari golongan orang-orang yang berbuat kerosakkan” (Yunus : 91)
Keimanan Firaun tidak diterima Allah disebabkan keimanan yang dilakukan dalam keadaan terpaksan(kesusahan), sedang masa untuk membuktikannya tidak ada pula. Maka dia mestilah binasa akibat daripada kekufuran dan kekejamannya di masa lalu.
Salman Al-Farisi r.a , seorang sahabat utama Rasulullah SAW meriwayatkan : Apabila seorang lelaki selalu memohon kepada Allah di masa senang, kemudian ia mengenali kesusahan lalu berdoa kepada Allah , maka berkatalah malaikat : “Suara ini sudah terkenal. Maka tolonglah akan orang yang mempunyai suara itu. “ Sebaliknya, jika suaranya tidak dikenali selama ini kecuali di masa susah, malaikat itu berkata : “ Suara itu tidak pernah dikenal, maka janganlah ditolong akan dia
Allah hanya akan menolong seseorang bila ia memelihara agamanya dengan amal yang nyata sama ada di masa susah mahupun senang. Disinilah terletak perngabdian dan kehambaan seseorang kepada Allah yang tidak luput dari kelemahan yang menghendaki kepada pertolongan Allah sebagaimana ayat yang kita baca dalam solat
“ Kepada Engkau kami menyembah, dan kepada Engkau kami mintah pertolongan.”
Ayat ini mengajarkan supaya kita menymbah dan beribadat, beramal dan bekerja, berikhtiar dan berusaha. Kemudian memohon pertolongan atau berdoa kepada Allah dalam segala keadaan. Tidaklah ada sebarang permohonan ataupun doa kalau tidak ada suatu usaha yangs esuai dengan doa itu, atau tidaklah erti doa kalau tidak ada kerjanya, tidak ada amalnya.

Rabu, 11 Juni 2014

aku tak rela #1

Aku tak rela
Sungguh aku menentang kamu berhenti ditengah-tengah jalan ini...
Perlahan-lahan menepi dengan alibi istirahat sebentar saja, namun aku menunggu dan menunggu engkau tak jua kembali ke jalan ini. Kamu masih melenggang indah ditepi jalan menikmati pemandangan dan aku tau kamu ingin segera lari mendekat ke fatamorgana yang menyilaukan matamu dan membutakan hati mu itu. Tapi aku tetap mengayuh perlahan sambil menunggu mu dan sesekali menengok untuk sekadar memastikan apakah kamu masih disana. Aku tetap menunggu. Dan menunggu. Berharap kamu segera mengayuh sepeda mu dan bergegas menyusulku. Tetap menunggu dan menunggu. Hingga kau berada jauuuh dibelakang dan didepanku membentang jalan yang berbelok-belok. Aku takut. Setelah melewati jalan ini pandangan ku tak bisa menjangkaumu.
Kamu tahu? Hati ini begitu layu karena kesendirian yang lama. Aku takut tidak bisa melewati belokan-belokan itu tanpamu. Aku selalu bertanya-tanya apakah kau sudah mengayuh sepedamu? Aku tak bisa berhenti mengayuh. Sadarlah teman...jalan ini membutuhkan keteguhan. Aku tak bisa berhenti begitu saja karena tubuh dan hati ini telah mengadakan transaksi dengan pemilik hati yang sebenarnya.

Hingga aku yang tetap berjalan dan mengayuh sepeda ini dengan kumpulan tenaga yang ada, mulai kehilangan bayangmu. Mulai kehilangan sumringah senyummu. Sekian lama aku menunggu hingga angin berkabar kalau kau memang sudah tak dijalan ini lagi. Jalan yang sama-sama kita lalui kini kering kerontang tanpamu. Aku tak percaya begitu saja. Tapi bukankah angin selalu jujur? Bukankah anginlah yang menjadi saksi bisu yang sebenarnya? Bukankah angin yang begitu dekat dengannya? Bukankah angin  yang menjadi temanmu selama ini? Kenapa aku begitu meragukan angin?
Teman... Ingin sekali aku kembali kejalan dimana kamu berhenti. Merasakan apa yang kamu rasakan. Hingga aku bisa menolongmu dan mendorongmu untuk selalu mengayuh sepedamu. Bukan demi kau. Bukan demi siapa-siapa. Tapi demi janji kita kepada-Nya.


Sungguh, semua begitu berat bagiku.

Minggu, 01 Juni 2014

lagi-lagi dakwah..


Sepeda #1

>>hidup itu layaknya mengendarai sepeda.
harus fokus melihat jalan didepan dan sesekali melihat kebelakang ketika akan belok atau berhenti.
seperti itulah hidup, fokus ke masa depan. ketika memutuskan untuk mengambil tindakan maka lihatlah pengalaman dimasa lalu. pengalaman bukan menjadi angin kenangan semata, namun jadi guru bagi kita untuk tidak terjebak kedalam masalah yang sama dikemudian hari. masa lualu bukan menjadi lembaran yang telah lalu dan dilupakan namun menjaid lembaran yang bakal kita buka-buka lagi untuk mencari ilmu darinya.


Selasa, 29 April 2014

#dakwah Ku

Dakwah. 
Beginilah adanya. 
Beginilah hukumnya.
Dia akan mengambil semua darimu. 
Semua saripatimu. 
Kaki yang terseok-seok berjalan dipaksa untuk berlari.
Ya. Benar. Berlari. 
Dakwah ini membutuhkan jiwa-jiwa yang berlari.
Tidak lagi berjalan. 
Merangkak apa lagi.
Globalisasi yang menggerus nurani.
Westernisasi yang mengaburkan kebenaran.
Hedonisasi yang melenyapkan iman.
Sehingga benar-benar akan memeras tanganmu.
Memeras tenaga, pikiran, hati, dan jiwamu.
Bahkan cintamu.... 
Kita tak lagi pernah bisa berpikir tentang diri kita. 
Umat. 
Umat. 
Dan umat.
Allah.
Allah.
Dan Allah.

Sehingga kamu harus terlihat tegar. 
Ya. 
Terlihat tegar. 
Entah didalamnya banyak kelesuan atau kekacauan diri 
namun dakwah menuntut untuk terlihat tegar dikala kepayahan mendera. 
Dakwah menuntut semangat dikala cahaya kita meredup. 
Dakwah menuntut empati dikala cuek mendominasi. 
Dakwah menuntut cinta dikala pijar ini tak jua menyala. 
Dakwah ini tetap dan senantiasa menuntut untuk perbaikan diri. 

Kamis, 13 Februari 2014

Tawazunitas Yang Belum Tuntas



Ada satu sisi peran dan fungsi lain dari da’wah kampus yang tertinggal dan belum menampakan wujud dan pergerakannya secara konsolidatif dan jama’i. Kalaupun ada pertumbuhan dan perkembangan lebih banyak disebabkan oleh faktor pribadi dan ‘pembawaan sejak lahir’. Yaitu peran dan fungsi intelektual sebagai iron stock.
Memang sejak digulirkannya da’wah kampus hingga kini, laju peran dan fungsi intelektual sebagai iron stock ini jauh tertinggal dibelakang peran dan fungsi da’awi dan siyasi. Seolah-olah satu peran dan fungsi ini diserahkan oleh da’wah kampus sepenuhnya kepada tanggung jawab pribadi an sich ! Sehingga yang terjadi cukup dramatis. Bahwa tradisi kejama’ian aktifis da’wah kampus hanya hadir pada segmen kerja yang sifatnya sy’iar dan pembinaan atau da’wah siyasi. Tetapi untuk masalah akademis dan study masuk kewilayah privacy dan nafsi-nafsi.

Ekses yang terjadi akibat hal ini juga sangat dramatis, aktifis da’wah kehilangan kesempatan untuk berprestasi, menjalani tradisi intelektual yang dinamis dan berbobot, membangun lingkar kerja dan da’wah yang luas, serta berpartisipasi atas keilmuan yang dimilikinya selain membiaskan masa depan yang dibangunnya.
Memang membincangkan satu hal ini sangat sensitif lantaran berkaitan dengan kemampuan intelejensi dan kerajinan seseorang. Tetapi bukan kemudian da’wah tidak memberikan perhatian yang cukup terhadap permasalahan ini, apalagi melalaikannya secara sistemik dengan tidak adanya orang atau badan yang berusaha mengelola dan menangani perkembangan serta pertumbuhan sisi tersebut. Adakalanya memang seseorang memiliki kemampuan intelejensia yang biasa-biasa saja, tetapi treatment yang wajar dan perhatian yang seimbang sebenarnya bisa sedikit mengatasi permasalahan tersebut. Tetapi ada juga beberapa aktifis da’wah yang memiliki prestasi yang cukup baik dikampus lantaran kemampuan pribadi dan ‘bawaan orog’.
Pada realitas yang sebenarnya, terjadi gejala yang fenomenal, bahwa seolah-olah ada keterpisahan jarak yang cukup dalam antara progresifitas da’wiyah dan siyasiyah dengan akademis. Siyasi dan Da’wy di sebuah gunung yang sama, sementara akademik di sebuah lembah yang lain, ironis!
Ada beberapa kemungkinan faktor yang mempengaruhi mengapa laju peran dan fungsi akademik (fanniyah) tidak begitu cepat progresnya dibandingkan peran dan fungsi siyasi dan da’wy, diantaranya :
Tidak seimbangnya para aktifis da’wah kampus memahami manhaj da’wah kampus.
Hal ini mudah terlihat dari tidak diberikannya perhatian yang cukup memadai terhadap fungsi dan peran fanniyah (akademik)
Tidak seriusnya penataan dan penanganan seputar permasalahan akademik dikalangan aktifis da’wah kampus. Misalnya, minimnya konsolidasi yang dilakukan untuk mem-backup permasalahan akademik seperti Konsolidasi Dosen aktifis , Konsolidasi orang-orang Pintar dll.
Cara pandang yang salah terhadap komunitas ‘orang-orang pintar’ dikampus yang tidak terlibat dalam ‘kegiatan’ teknis dilapangan da’wah kampus.
Ada kesan bahwa komunitas orang-orang pintar tersebut pragmatis dan egois, sehingga dijauhi dari perputaran da’wah, padahal mereka bisa diajak beramal islami dalam wilayah yang lain.
Paradigma terbalik yang sering menjadi kebiasan mahasiswa umum, bahwa menjadi aktifis harus berantakan kuliahnya menyergap dan diamini secara diam-diam ataupun terang-terangan oleh aktifis da’wah juga.
Mentalitas terbelakang dan primitif tentang makna prestasi yang belum menjadi atmosfir dan kebiasaan dikalangan ADK.
Tidak ada treatment yang seimbang terhadap pengembangan dan peningkatan permasalahan ini. Kalau di Kampus ada daurah/training tentang da’wah ataupun siyasi mengapa tidak difasilitasi daurah / training serupa untuk kebutuhan akademik, seperti training kecapakan akademik berupa, Kemampuan membaca dan menghapal cepat, cara Belajar Efektif, atau asistensi dan mentoring mata kuliah dengan pengajar dari komunitas orang-orang pintar dll
Sempitnya pemahaman amal jama’I. Seolah-olah amal jamai hanya milik kegiatan syiar atau siyasi, tetapi untuk akademik nafsi-nafsi.
Padahal membicarakan peran dan fungsi intelektual ini, begitu penting dan urgentnya sebagaimana peran dan fungsi lainnya. Seperti dikemukakan di awal, bahwa peran dan fungsi yang berbasis kepada kemampuan dan penguasaan disiplin ilmu ini sangatlah investatif, karena dengan penguasaan dan kemampuan tersebut, kekuatan kaum muslimin dapat memainkan perannya secara langsung dalam berbagai peran kehidupan, disektor-sektor strategis dengan kredibilitas intelektualnya. Dan tidak banyak orang yang mendapat kesempatan untuk mereguk dan menguasai berbagai disiplin ilmu selain mahasiswa muslim yang study di kampus. Merekalah cadangan masa depan yang siap menggantikan generasi yang rapuh dan tua dinegeri ini. Lima, sepuluh, duapuluh tahun dan hari-hari kedepan adalah milik mereka yang memiliki kompetensi keilmuan dan professional. Apalagi mencermati gejala globalisasi yang semakin dahsyat dan akan mengancam, apabalia da’wah tidak siap mengahadapinya. Ketika zaman semakin meritokratif, the right man on the right place !
Peran dan fungsi fanniyah dari da’wah kampus ini, sebenarnya lebih kedepan juga merupakan anak tangga yang sangat diharapkan bisa mengisi diwilayah-wilayah da’wah profesionalitas berdasarkan pada kompetensi yang dibangunnya dikampus. Melihat peta dan perkembangan amal da’wah mihani (profesi) kekuatan ummat Islam masih belum cukup memadai untuk hal tersebut. Siapa lagi yang paling mungkin memberikan raw material yang mumpuni terhadap da’wah profesi yang memiliki imbas da’wah yang signifikan dalam kehidupan nyata, kalau bukan support dari da’wah kampus.
Dr. Musthafa Muhammad Thahhan mengatakan dalam bukunya Khuttah Amal Thullaby, bahwa :“ Amal Thullabi yang terefleksi pada buku, guru/dosen, sekolah, kampus, tulisan ilmiah, lembaga kemahasiswaan, baik di tingkat fakultas atau perguruan tinggi, adalah lingkaran awal masyarakat madani. Selanjutnya diikuti oleh organisasi profesi yang mengembangkan amal thullabi di berbagai spesialisasi profesi, diteruskan oleh partai yang menjaga iklim kemerdekaan dan demokratisasi sebagai lingkaran akhir untuk membentuk masyarakat dengan nilai-nilai Islam yang lurus. Dengan semua itu, ummat akan mampu memperoleh tempatnya yang terhormat di tengah masyarakat manusia “
Simultansi antara Da’wah kampus, Da’wah Profesi dan siyasi merupakan sebuah estafet yang berkelanjutan dalam membangun ummat serta anak tangga yang harus dilalui. Sudah saatnya Da’wah kampus kini menyeimbangkan kembali peran dan fungsinya secara proporsional agar kerja-kerja da’wahnya memberikan arti dan sumbangan yang bukan hanya signifikan dalam akses dan ekses, tetapi dia juga bisa menjadi pijakan yang kuat bagi keberlanjutan da’wah pada anak tangga berikutnya.

Sumber: