Selasa, 27 Januari 2015

antara kataku dan katamu



"Aku ingin pergi hari ini" kataku
"Aku melihat engkau tak ingin" katamu
"Entahlah, kaki ini tak ingin pergi. Hati ini masih duduk bertahan" kataku
"Manusia memang seperti itu. Plin plan." katamu

Kasur tergulung amburadul, terjerat oleh tali dengan paksa
buku tertutup berjejal di kardus, semena-mena
Baju-baju tertata malas dikoper
Kipas masih berputar
Jam masih berjalan
Murotal masih tersetel
Tak ada tanda-tanda
bahwa kepergian segera terjadwal

Hati senantiasa menggerutu, apa yang manusia ini pikirkan
"Kaki enggan melangkah, tangan enggan berbenah
Sudah jelas jelas tak ingin pergi kenapa masih ngotot pergi?
Dasar manusia" katamu
"karena pergi adalah perpisahan" kataku
"Bukankah dengan pertemuan harus siap dengan perpisahan?" katamu
"tak bolehkan ada pertemuan tanpa perpisahan?" kataku
"Terserahlah apa katamu" katamu
"baiklah...aku telah memutuskan..
aku tak ingin pergi" kataku.
"kan ku buat pertemuan kita tak ada perpisahan" kataku

"kamu tak mendengar? Kan ku buat pertemuan kita tak ada perpisahan" kataku lagi

"aku tegaskan, pertemuan kita tak kan ada perpisahan" kataku lagi

"terimakasih" katamu.



Selasa, 13 Januari 2015

Pergi

Catatan ini diambil dari tumblrnya Kurniawan Gunadi di http://kurniawangunadi.tumblr.com/ Bismillah.......

Aku, kita, dan setiap teman kita akan pergi. Pergi ke kehidupannya masing-masing dan mewujudkan impiannya. Apalagi diusia-usia seperti ini. Satu per satu teman pergi entah kemana, bahkan hilang kabarnya.
Aku paham. Aku pun pergi. Meninggalkan kota yang beberapa tahun ini ku tinggali. Bahkan meninggalkan teman-teman dan kenyamanan yang ada di sana.
Aku mengerti. Setiap dari kita sedang sibuk dalam hidupnya. Setiap dari kita sedang berusaha keras mencapai impiannya. Sedang menekuni jalan hidupnya masing-masing. Aku hanya mendapat kabar dari teman yang lain atau dari laman media sosialnya. Bahwa satu-per-satu teman sedikit demi sedikit telah bergerak pasti ke arah impiannya.
Aku memahami. Bila teman-temanku kini sibuk bahkan pergi satu persatu. Aku tidak akan menahannya, aku akan mendukungnya. Mendukungnya untuk pergi ke kehidupannya dan mewujudkan apa yang telah menjadi citanya.
Aku merasakan yang demikian. Dukungan dari teman-teman yang akan membuat langkah pergi itu menjadi semakin kuat, menjadi semakin teguh. Karena aku tahu, setiap perpindahan itu berat. Meninggalkan sesuatu yang dicintai, nyaman, apalagi teman adalah sebuah pekerjaan yang sulit.
Tapi, demi kehidupannya, aku akan mendukungnya untuk memantapkan langkah kakinya. Mungkin, kita tidak akan bertemu untuk sekian lama, mungkin pula komunikasi kita akan terputus seiring kesibukan.
Aku hanya percaya bahwa kelak kita semua akan kembali bertemu. Bertemu dalam suasana haru dan saling menatap tak percaya atas apa yang telah kita raih bersama.
Kelak, ketika kehidupan itu telah tertanam kuat pondasinya. Ketika impian itu telah menjadi kenyataan. Kita akan kembali berkumpul dan saling bercerita. Anak-anak kita akan menjadi teman sebagaimana pertemanan kita hari ini.
Kini, mungkin kita semua akan kehilangan teman satu persatu. Tapi, kehilangan itu akan digantikan suatu hari nanti.
Aku menjadi belajar. Bila temanku kini akan pergi ke kehidupan dan impiannya. Aku tidak akan menahannya. Pertemanan bukan berarti harus selalu dekat dan bersama. Pertemanan itu saling mendukung dan menguatkan. Itu yang akan menjadi bekal silaturahmi kelak dikemudian hari. Kala cerita hidup kita akan kita saksikan dan kita semua bisa berdiri tegap dengan impiannya masing-masing. Hari ini, berusaha keraslah. Pergilah ke impian dan kehidupan itu. Kemanapun langkah itu pergi. Tidak akan ada yang menahan, aku akan mendukungmu.
Sampai bertemu kembali ditahun-tahun tak terduga nantinya.

Senin, 05 Januari 2015

Rehat- La Tahzan


Jangan bersedih karena hidup miskin, karena masih banya orang di
sekitar Anda yang hidup dililit hutang! Jangan bersedih karena tak punya
mobil, sebab masih banyak orang di sekitar Anda yang kakinya buntung.
Jangan bersedih karena suatu penyakit, karenan masih banyak orang selain
Anda yang mungkin telah bertahun-tahun tergolek lemas di atas ranjang.
Jangan bersedih karena kehilangan seorang anak, sebab Anda bukan satusatunya
orang yang kehilangan anaknya.

Jangan bersedih, bila Anda memang seorang muslim yang beriman
kepada Allah, para rasul-Nya, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Hari Kiamat
dan qadha' serta qadar yang baik dan yang buruk! Karena, masih banyak
orang kafir yang mengingkari Allah, mendustakan rasul-rasul-Nya,
memutarbalikkan makna al-Qur'an, dan tak mempercai Hari Kiamat, serta
ingkar terhadap qadha' dan qadar.

Jangan bersedih! Kalau memang Anda tak sengaja telah berbuat dosa,
cepatlah bertobat; kalau Anda telah melakukan kejahatan, mintalah
ampunan-Nya; dan kalau Anda telah melakukan satu kesalahan, perbaikilah
kesalahan itu. Bagaimanapun, rahmat dan kasih sayang Allah itu tak
terhingga luasnya, pintu ampunan-Nya selalu terbuka dan ampunan-Nya
senantiasa melimpah ruah.

Jangan bersedih, karena kesedihan hanya akan menyebabkan syaraf
cepat letih, jiwa mudah tergoncang, hati menjadi lemah, dan pikiran tak
tak terarah.

Seorang penyair berkata,
Mungkin saja seseorang merasa terhimpit cobaan,
karena tak sadar bahwajalan keluar ad a di tangan Sang Pencipta
Kola kesesakan semakain berat terasa, dan semua lingkaran
terbuka, ia akan melihat apa yang tak pernah terbayang olehnya.

Sabtu, 03 Januari 2015

Mozaik Kehidupan Sepasang Insan*

Aku ceritakan sebuah mozaik kehidupan sepasang insan. Berkenalan disebuah acara untuk mahasiswa baru yang dihadiri keduanya. Kedua mata tak sengaja beradu pandang. Semilir angin sejenak datang disela-sela hati. Sekejap kemudian saling menunduk. Entah malu dan  gugup jadi campur aduk tak karuan. Menunduk menjadi pilihan. Menunduk mengumpulkan kekuatan untuk berani melawan nafsu yang berantakan. Menunduk merenungi hati yang sedikit kelimpungan. Menunduk berpikir apa yang selanjutnya ia lakukan. Menunduk menata hati dan pikiran agar sejalan.

Keduanya berantakan. Butuh waktu lama untuk hati menjadi seperti semula. Mereka mulai memahami bahwa menghilangkan noda ternyata tak segampang yang dipahami. Butuh sekian hari untuk memulihkan kembali. Ya. Mereka menyadari itu. Maka dari itu masing-masing insan mulai dengan pertahanannya. Dan keduanya memilih pertahanan menghindar. Menghindar untuk berinteraksi langsung ataupun tak langsung. Menghindar untuk berada diforum yang sama. Menghindar untuk saling bertanya. keduanya menyadari bahwa  masing-masing telah sengaja menjauh. Tapi kedua insan tersebut masih menjaga saling berkomunikasi walau sangat jarang sekali. Masih saling bersapa saat bertemu. Masih saling bertebar salam walau jarang berpapasan. Tapi kesan menghindar tak kan menghilang.

Kedua insan tersebut telah pintar mengambil peran. Keduanya semakin lihai dalam manajemen perasaan. Gugup yang dulu terasa menyakitkan kini keduanya lihai mempermainkan. Membiarkan gugup tetap bergetar asal sesuai koridornya. Mata yang dulu berpandang lentik padanya, kini mulai mudah menjinakkannya. Hati yang dulu bergetar ingin segera menghindar, kini mulai sadar bahwa silaturahim lebih diutamakan. Biarlah hati bergetar karena itu adalah tanda sikap malu yang menawan.

Kedua insan telah memahami bahwa hati memang tak bisa dibohongi. Mereka mmebiarkan perasaan itu mengalir perlahan tanpa memberikannya arus. Membiarkan angin yang menjadi nahkodanya. Membiarkan angin membawanya tanpa mereka sadari.

Entah, perasaan itu telah menempuh perjalanan berapa lama  hingga saat ini. Keduanya mulai melupakan. Mulai terbiasa kembali seperti sejak pertemuan mula. Hati mulai sedikit tertata. Tak perlu menghindar lagi rasanya. Keduanya telah memutuskan saling berinteraksi kembali. Namun kedua insan tersebut belum menyadari bahwa endapan bisa mengalir akibat dari gesekan-gesekan bertubi-tubi. Endapan akan membuat keruh aliran. Jika semakin lama mengendap dan delta yang tercipta semakin banyak maka aliran akan semakin keruh. Begitu juga hati, jika pernah merasakan dan menjadi endapan perasaan maka waktu yang akan menjadi lawannya. Dan waktu pula yang akan menjawabnya.

Kita nantikan saja episode hati  yang akan mereka ciptakan selanjutnya. Apakah memang telah takdir dariNya atau memang hiasan hati belaka?




*dari curhatan seorang sobat :)

Hakikat Ulang Tahun

Ulang tahun
Sejatinya umur hidup kita semakin berkurang
Jatah hidup kita semakin sedikit, masa berjaya kita semakin menipis, semakin dekat dengan hari-D, selangkah lebih sekat dengan kematian.

Hakikatnya kulit kita mendekati penuaan. Memori kita semakin terbatas. Langkah kita semakin sempit. Lambung semakin enggan mencerna. Gigi semakin pudar kekuatannya.

Sebenarnya ulang tahun itu, sebagai pengingat sajalah...
Bahwa sebenarnya kita mendekati masanya. Semakin tambah umur semoga semakin berkah...
Semakin mengerti...
Semakin paham...
Karena maut tak pernah bergeser dari tanggal ketetapanNya.

ennysurya at 06/09/2014 6:06
Cemani.