Jumat, 29 Agustus 2014

Sinar itu...

Entah, berapa lama aku duduk termangu di dalam kamar ini...
Jam dinding tak berdetak lagi, sudah kehilangan energi
Buku-buku itu masih terbuka, meminta untuk dibaca lagi
Murotal alqur'an masih berusaha menemani, mencoba mengisi
kekosongan diri...
Sorotnya matahari yg melewati rekahan genteng itu
cukup menyilaukan mata ini
Baju digantungan jemuran pun menikmati sinar
yang menjadikannya kering itu
Air yang basah menyejukkan baju  perlahan hilang
terangkat olehnya
Sinar itu yang memberi jawaban, bahwa aku telah berjam-jam termenung
Dia muncul setelah hati ini mulai terusik

oleh  waktu.

sore ini lagi..

Lampu itu menyala serentak dari lantai bawah hingga lantai atas. Kalo kata orang jawa 'gemebyar'. Kata itu untuk menggambarkan gemerlapnya lampu disertai dengan sinar yang benderang. Tapi entah aku masih merasa senyap. Padahal raungan dan candaan percakapan dilantai atas gedung ini terdengar sampai bawah. Apa mereka yang diatas itu tak sadar atas gelagatnya yang tak sengaja didengarkan oleh kami yang sedang berada dibawah. Kadang orang2 yang dibawah ku perhatikan senyum2 sendiri karena mendengar celothan mereka.. Bener2 deh... 
Hmm... Aku masih merasa senyap... Angin yang meributkan pepohonan pun tak sanggup meramaikan diri ini. Suara daun-daun bergesekan yang melambai-lambai ingin diperhatikkan pun tak menarik perhatianku. Aku hanya sesekali mengawasi daun-daun itu, berjaga-jaga ketika mereka mulai menggugurkan diri untuk lebih menarik perhatianku. Karena mereka tau bahwa aku sangat tertarik saat mereka menggugurkan diri dari dahan. Eksotik. Mereka dengan berani jatuh ditanah yang tak pernah mereka sentuh sebelumnya. Mereka berani pada konsekuensi yang akan mereka dapatkan. Diinjak-injak, pecah, remuk. Diterbangkan oleh angin yang memaksa mereka untuk pasrah mengikuti angin kemana mereka terbang membawanya.... Angin yang lembut buatku tapi bagi mereka itu adalah topan.


Begitulah sore ini.... Senyap, dingin....  

Jumat, 15 Agustus 2014

Sore ini...

Lampu itu menyala serentak dari lantai bawah hingga lantai atas. Kalo kata orang jawa 'gemebyar'. Kata itu untuk menggambarkan gemerlapnya lampu disertai dengan sinar yang benderang. Tapi entah aku masih merasa senyap. Padahal raungan dan candaan percakapan dilantai atas gedung ini terdengar sampai bawah. Apa mereka yang diatas itu tak sadar atas gelagatnya yang tak sengaja didengarkan oleh kami yang sedang berada dibawah. Kadang orang2 yang dibawah ku perhatikan senyum2 sendiri karena mendengar celothan mereka.. Bener2 deh... 
Hmm... Aku masih merasa senyap... Angin yang meributkan pepohonan pun tak sanggup meramaikan diri ini. Suara daun-daun bergesekan yang melambai-lambai ingin diperhatikkan pun tak menarik perhatianku. Aku hanya sesekali mengawasi daun-daun itu, berjaga-jaga ketika mereka mulai menggugurkan diri untuk lebih menarik perhatianku. Karena mereka tau bahwa aku sangat tertarik saat mereka menggugurkan diri dari dahan. Eksotik. Mereka dengan berani jatuh ditanah yang tak pernah mereka sentuh sebelumnya. Mereka berani pada konsekuensi yang akan mereka dapatkan. Diinjak-injak, pecah, remuk. Diterbangkan oleh angin yang memaksa mereka untuk pasrah mengikuti angin kemana mereka terbang membawanya.... Angin yang lembut buatku tapi bagi mereka itu adalah topan.


Begitulah sore ini.... Senyap, dingin....