Minggu, 29 Juni 2014

Ramadhan 1435 #1

Hm...tak terasa waktu sudah menunjukkan kekuatannya. Ya. Ramadhan sudah datang. Ramadhan kali ini seperti ramadhan sebelumnya yang  dikuatkan untuk bertahan dikampus ketika yang lain ramadhan di kampung masing-masing. Ini ramadhan ke4 ku. Sudah lama juga ya...sampai ibu-ibu depan kos bertanya dengan pertanyaan yang sama "mb belum lulus?" hmm... Nyesek ? Iya. Tapi senyum itu akan memberikan kekuatan agar tetap semangat skripsi.
Ramadhan di kos / hm...dikampus sepertinya sudah menjadi kebiasaan dan cerita rutinitasku. Ketika yang lain sudah mulai siap-siap pulang aku bahkan belum punya rencana pulang. Ketika yang lain sudah packing dan angkat koper bahkan aku belum merencanakan packing. Sampai semua penghuni kos ku sudah bosan menanyakan kepulanganku.  Sampai teman-temanku sudah ber-insting aku bakal dikampus (dan menjadi   pencari info nilai mata kuliah tentunya...)
Jika ditanya kenapa gak pulang? Apa gak kangen dengan rumah? Bukannya gak ingin pulang, bukannya gak kangen rumah. Rasa kangen itu menggerogoti hati ini. hmm...lebay ya... Pernah merasakan kangen sampai-sampai gak doyan makan dan gak semangat beraktivitas. Rasa pengen pulang itu sudah menjadi kerak hati.  Sampai rasa pulang itu gak pernah hilang. tiap detik tiap menit pengeenn banget pulang, ingiiiiiiiiiiiiiiiinnnnn sekali pulang dan melalui ramadhan dengan keluarga. Menjalanni ramadhan dikampung tercinta. Dengan ngajinya, tarawihnya, sahurnya... Semua mengenang. Tapi aku berpikir bahwa sudah bertahun-tahun ramadhan di kampung, rasanya ngn menikmati rasa ramadhan dilain tempat. Yah. Akhirnya aku memilih ramadhan dikampus. disini aku menemukan ramadhan lebih bermanfaat. lebih progres dari pada aku dirumah. lebih semangat mengali pahala. lebih menikmati indahnya ibadah ramadhan. 


smangat ramadhan :) 

Kamis, 19 Juni 2014

Kenalilah Allah Pada Masa Lapang



“Peliharalah Allah SWT nescaya engkau dapati-Nya berada di hadapan engkau, menyertai dan menolong engkau. Dan kenalilah Allah pada masa lapang, nescaya Ia akan kenal engkau pada masa susah di kala engkau sedang menghadapi perkara sukar” ( H.R At-Tirmizi)
Kenal Allah SWT bukan sekadar mengetahui nama dan sifat-Nya, tetapi wajib ingat serta sanggup berkhidmat kepada-Nya mematuhi segala perintah-Nya dalam segala keadaan. Bukanlah ingatan itu pada masa susah, semasa ditimpa kesusahan dan kesengsaraan saja, sebagaimana yang berlaku dikalangan orang ramai dimana terdapat orang yang tergesa-gesa mengerjakan ibadat atau doa, berjanji dan bernazar menjadi orang yang taat seandainya dia dilepaskan dari kesusahan itu. Ini bukan dinamakan orang yang kenal Allah SWT. Orang yang kenal Allah itu ialah yang ingat dan melakukan segala perintah Allah SWT pada masa senang mahupun susah. Dengan begitu Allah SWT akan menolongnya pada masa susah dan sempit.
Sebenarnya mengingati Allah pada masa senang kadangkala amatlah sukar. Kerana seseorang dalam suasana kehidupan seperti itu akan dipengaruhi oleh berbagai faktor kebendaan hingga membuatnya lupa kepada Allah SWT. Dengan itu jadilah ia orang yang cuai dan lalai. Oleh itu Rasulullah S.A.W memerintahkan agar mengingati Allah SWT dalam segala keadaan tanpa dipengaruhi oleh factor kesusahan ataupun kesenangan.

Nabi Yunus a.s adalah orang yang tetap ingat kepada Allah pada masa lapang. Sehingga doanya diperkenankan waktu dalam kesusahan, sesuai dengan hadith Rasulullah SAW
“Bahawasanya barangsiapa suka diperkenankan doanya oleh Allah pada waktu susah, maka hendaklah ia membanyakkan doa pada waktu lapang”
Menurut satu riwayat, apabila Nabi Yunus a.s berada dalam perut ikan, maka berkatalah malaikat : Hai Tuhanku! Inilah saudara orang yang sudah lama terkenal dari negeri yang jauh. Maka berfirman Allah kepadanya : Tidakkah kamu kenal dia? Berkata Malaikat lagi : Siapakah orangnya? Firman Allah : Itulah hambaKu Yunus.
Setelah itu malaikat bertanya lagi ” HambaMU Yunus yang amalannya selalu diangkat dan diterima dan doanya selalu diperkenankan? Jawab Allah : Ya. Maka berkatalah malaikat : Kalau begitu hai Tuhanku, tidakkah Engkau kasihi orang yang telah bersikap demikian itu dan engkau lepaskan dia dari kesusahannya? Jawab Allah: Ya. Lalu dilepaskanlah Nabi Yunus dan diselamatkan ia berkat dari baktinya kepada Allah”
Inilah yang difirmankan Allah dalam Al-Quran
“ Maka sekiranya tidak ia dari mereka yang banyakbertasbih, nescaya tinggallah dalam perut ikan itu hingga hari manusia dibangkitkan. Lalu Kami campakkan dia ditanah kosong dalam keadaan sakit.” (Ash-Shaffat : 143-145)
Apa yang telah didapati oleh Nabi Yunus a.s tidaklah didapati sama sekalipun oleh Firaun diwaktu dia sedang mengalami kekaraman di laut Qalzum, sebagaimana yang diceritakan Allah dalam Al-Quran mengenai pengakuan keimanannya terhadap Allah di waktu dia akan ditenggelamkan. Kepadanya Allah berkata:
Apakah sekarang engkau hendak beriman padahal sesunguuhnya engkau dahulu dari golongan derhaka dan adalah engkau dari golongan orang-orang yang berbuat kerosakkan” (Yunus : 91)
Keimanan Firaun tidak diterima Allah disebabkan keimanan yang dilakukan dalam keadaan terpaksan(kesusahan), sedang masa untuk membuktikannya tidak ada pula. Maka dia mestilah binasa akibat daripada kekufuran dan kekejamannya di masa lalu.
Salman Al-Farisi r.a , seorang sahabat utama Rasulullah SAW meriwayatkan : Apabila seorang lelaki selalu memohon kepada Allah di masa senang, kemudian ia mengenali kesusahan lalu berdoa kepada Allah , maka berkatalah malaikat : “Suara ini sudah terkenal. Maka tolonglah akan orang yang mempunyai suara itu. “ Sebaliknya, jika suaranya tidak dikenali selama ini kecuali di masa susah, malaikat itu berkata : “ Suara itu tidak pernah dikenal, maka janganlah ditolong akan dia
Allah hanya akan menolong seseorang bila ia memelihara agamanya dengan amal yang nyata sama ada di masa susah mahupun senang. Disinilah terletak perngabdian dan kehambaan seseorang kepada Allah yang tidak luput dari kelemahan yang menghendaki kepada pertolongan Allah sebagaimana ayat yang kita baca dalam solat
“ Kepada Engkau kami menyembah, dan kepada Engkau kami mintah pertolongan.”
Ayat ini mengajarkan supaya kita menymbah dan beribadat, beramal dan bekerja, berikhtiar dan berusaha. Kemudian memohon pertolongan atau berdoa kepada Allah dalam segala keadaan. Tidaklah ada sebarang permohonan ataupun doa kalau tidak ada suatu usaha yangs esuai dengan doa itu, atau tidaklah erti doa kalau tidak ada kerjanya, tidak ada amalnya.

Rabu, 11 Juni 2014

aku tak rela #1

Aku tak rela
Sungguh aku menentang kamu berhenti ditengah-tengah jalan ini...
Perlahan-lahan menepi dengan alibi istirahat sebentar saja, namun aku menunggu dan menunggu engkau tak jua kembali ke jalan ini. Kamu masih melenggang indah ditepi jalan menikmati pemandangan dan aku tau kamu ingin segera lari mendekat ke fatamorgana yang menyilaukan matamu dan membutakan hati mu itu. Tapi aku tetap mengayuh perlahan sambil menunggu mu dan sesekali menengok untuk sekadar memastikan apakah kamu masih disana. Aku tetap menunggu. Dan menunggu. Berharap kamu segera mengayuh sepeda mu dan bergegas menyusulku. Tetap menunggu dan menunggu. Hingga kau berada jauuuh dibelakang dan didepanku membentang jalan yang berbelok-belok. Aku takut. Setelah melewati jalan ini pandangan ku tak bisa menjangkaumu.
Kamu tahu? Hati ini begitu layu karena kesendirian yang lama. Aku takut tidak bisa melewati belokan-belokan itu tanpamu. Aku selalu bertanya-tanya apakah kau sudah mengayuh sepedamu? Aku tak bisa berhenti mengayuh. Sadarlah teman...jalan ini membutuhkan keteguhan. Aku tak bisa berhenti begitu saja karena tubuh dan hati ini telah mengadakan transaksi dengan pemilik hati yang sebenarnya.

Hingga aku yang tetap berjalan dan mengayuh sepeda ini dengan kumpulan tenaga yang ada, mulai kehilangan bayangmu. Mulai kehilangan sumringah senyummu. Sekian lama aku menunggu hingga angin berkabar kalau kau memang sudah tak dijalan ini lagi. Jalan yang sama-sama kita lalui kini kering kerontang tanpamu. Aku tak percaya begitu saja. Tapi bukankah angin selalu jujur? Bukankah anginlah yang menjadi saksi bisu yang sebenarnya? Bukankah angin yang begitu dekat dengannya? Bukankah angin  yang menjadi temanmu selama ini? Kenapa aku begitu meragukan angin?
Teman... Ingin sekali aku kembali kejalan dimana kamu berhenti. Merasakan apa yang kamu rasakan. Hingga aku bisa menolongmu dan mendorongmu untuk selalu mengayuh sepedamu. Bukan demi kau. Bukan demi siapa-siapa. Tapi demi janji kita kepada-Nya.


Sungguh, semua begitu berat bagiku.

Minggu, 01 Juni 2014

lagi-lagi dakwah..


Sepeda #1

>>hidup itu layaknya mengendarai sepeda.
harus fokus melihat jalan didepan dan sesekali melihat kebelakang ketika akan belok atau berhenti.
seperti itulah hidup, fokus ke masa depan. ketika memutuskan untuk mengambil tindakan maka lihatlah pengalaman dimasa lalu. pengalaman bukan menjadi angin kenangan semata, namun jadi guru bagi kita untuk tidak terjebak kedalam masalah yang sama dikemudian hari. masa lualu bukan menjadi lembaran yang telah lalu dan dilupakan namun menjaid lembaran yang bakal kita buka-buka lagi untuk mencari ilmu darinya.